MODERASI BERAGAMA DAN AKULTURASI AGAMA BUDAYA Sebuah Dinamika Hidup Beragama di Tana Toraja
Main Article Content
Abstract
Abstract: Conflicts driven by religious backgrounds or those claiming to represent religion pose significant threats, especially in societies that are highly diverse in terms of culture, ethnicity, race, and religion. In the Toraja community, the acculturation of religion and culture, along with religious moderation, serve as two models of religious practice to address religious conflicts. This study employs a descriptive qualitative research method, focusing on the values developed through the approaches of religious moderation and religious-cultural acculturation. The findings of this research reveal that religious moderation can be integrated with local culture, particularly the value of "karapasan," which aligns with the concept of religious moderation focused on humanity and the public good. Meanwhile, the religious-cultural acculturation approach is more dominant in seeking universal values without relying solely on religion as the moral framework. The socio-cultural approach creates universal values that are acceptable to both Christian and Muslim communities. In this context, it is evident that religion is not in conflict with culture; rather, both can interact and form a dialogue to achieve religious harmony in life.
Abstrak: Konflik yang dipicu oleh latar belakang keagamaan atau yang mengatasnamakan agama memang membawa ancaman yang cukup besar apalagi dalam masyarakat yang sangat majemuk. Majemuk dalam budaya, suku, ras maupun agama. Di dalam masyarakat Toraja, akulturasi agama budaya dan moderasi beragama menjadi dua model beragama untuk mengatasi terjadinya konflik keagamaan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan berfokus pada nilai-nilai yang dikembangkan dari pendekatan moderasi beragama dan akulturasi agam-budaya. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa moderasi beragama dapat diintegrasikan dengan budaya lokal khususnya nilai karapasan yang sejalan dengan konsep moderasi beragama yang berfokus pada kemanusiaan dan kemaslahatan umum. Sedangkan pendekatan akulturasi agama-budaya lebih dominan dalam mencari nilai-nilai universal tanpa menggunakan agama sebagai satu-satunya sumber nilai moral. Pendekatan sosio-kultural menciptakan nilai-nilai yang universal yang dapat diterima baik di kalangan umat Kristen maupun umat Islam. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa agama tidak bersifat bertentangan dengan budaya; sebaliknya, keduanya bisa saling berinteraksi dan membentuk dialog dalam mewujudkan harmonisasi hidup beragama.
Downloads
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Anwar, Khairil. Moderasi Beragama: Sebuah Diskursus Dinamika Keagamaan Di Era Kontemporer, 2016.
Arvanti, Armita, Bayu Setiawan, Syamsunasir, and Pujo Widodo. “Dinamika Konflik Keagamaan Di Maluku Serta Upaya Resolusi Mewujudkan Perdamaian.” Jurnal Education and Development 12, no. 1 (2024): 61–69.
Asy’ari, Mohammad. “Menyelami Makna Moderasi Beragama Di Indonesia: Kritik Dan Refleksi Atas Praktik Keberagamaan Kontemporer.” Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam Dan Tasawuf 7, no. 2 (2021): 205–26.
Devi, Dwi Ananta. Toleransi Beragama. Alprin Finishing and Bindery Shop, 2018.
Indrianto, Enrike Puspita. “Akulturasi Pada Gereja Kristen Pniel Blimbingsari- Bali.” Jurnal Intra 1, no. 1 (2013): 1–10.
Litbang, Badan, and D A N Diklat. Buku Moderasi Beragama. Www.Balitbangdiklat.Kemenag.Go.Id, 2022.
Manguju, Yudha Nugraha. “Harmonisasi Sebagai Jalan Interspiritualitas Dalam Relasi Kristen-Islam Di Toraja.” KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen 3, no. 2 (2022): 162–75. https://doi.org/10.34307/kamasean.v3i2.108.
Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019.
Muhammad Nur Rofik1], M. Misbah. “Implementasi Program Moderasi Beragama Yang Dicanangkan Oleh Kementerian Agama Kabupaten Banyumas Di Lingkungan Sekolah.” Lectura: Jurnal Pendidikan 12, no. 2 (2021): 327–32. https://doi.org/10.22141/2224-0721.16.4.2020.208486.
Otto Gusti Madung. “Toleransi Dan Diskursus Post- Sekularisme.” Jurnal Ledalero 15 (2016): 305–22.
Patty, Alberthus M. Moderasi Beragama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021.
Ridha, M Rasyid. “Masyarakat Adat Tangsa Di Enrekang Sulawesi Selatan , 2004-2018 Terlalu Panas Tidak Dapat Timbul Suatu Kebudayaan Seperti Di Sahara , Kalahari , Gobi . Dapat Melahirkan Suatu Kebudayaan . ( M Dien Madjid , 2014 ) Indonesia Merupakan 656 Suku Bangsa . ( Ko” 2, no. 1 (2020).
Rosydiana, Wildan Novia. “Nyadran: Bentuk Akulturasi Agama Dengan Budaya Jawa.” HUMANIS: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora 15, no. 1 (2023): 15–23. https://doi.org/10.52166/humanis.v15i1.3305.
Sampe, Naomi. “Menangkal Radikalisme Agama Melalui Akulturasi Agama Dan Budaya Toraja.” In Teologi Kontekstual Dan Kearifan Lokal Toraja, edited by Binsar Jonathan Pakpahan. Tana Toraja: BPK Gunung Mulia, 2020.
Siwalankerto, Jl. “Akulturasi Pada Gereja Kristen Pniel” 1, no. 1 (2013): 1–10.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Tosangin, Milka. “Nilai Hospitalitas Dalam Budaya Karapasan Dan Implikasinya Terhadap Pencegahan Konflik Agama Di Toraja.” Sabda: Jurnal Teologi Kristen 4, no. Mei (2023): 33–47.